TEMPO.CO, Jakarta - Seluruh mata uang Asia, termasuk rupiah, hari ini keok dan tak berdaya melawan kuatnya dolar AS. Penyebaran virus corona di luar Cina yang semakin parah di Asia membuat mata uang regional loyo dan tak mampu mengimbangi penguatan dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 16.52 WIB won memimpin pelemahan dengan bergerak turun 0,89 persen, diikuti oleh ringgit yang terkoreksi 0,82 persen, dan rupiah yang melemah 0,807 persen. Pada penutupan perdagangan Senin 24 Februari 2020, rupiah berada di posisi Rp 13.872 per dolar AS, melemah 0,807 persen atau 112 poin.
Pelemahan hari ini menambah panjang daftar kekalahan mata uang Asia terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Seluruh mata uang Asia bergerak di zona merah secara year to date. Kinerja terburuk dipimpin oleh baht yang melemah 6,31 persen, dilanjuti oleh won yang turun 5,26 persen, dan dolar Singapura yang terkoreksi 4,02 persen.
Ahli Strategi Scotiabank Singapura Qi Gao memprediksi, mata uang di kawasan Asia masih tetap bergerak dalam tekanan pada satu hingga dua pekan ke depan. Pelemahan ini tentu saja terjadi di tengah penyebaran virus corona yang semakin meluas.
Munculnya pusat-pusat baru infeksi virus corona di luar Cina memicu kekhawatiran wabah ini bisa menjadi pandemi global. Dengan demikian, dikhwatirkan akan mengguncang pasar keuangan dan memicu kekhawatiran pasar atas potensi melemahnya ekonomi.
“Penghindaran risiko akan berlanjut untuk sementara waktu dan merusak mata uang pasar berkembang di Asia,” ujar Qi Gao seperti dikutip dari Bloomberg, Senin.